INFO PASANG IKLAN
Popular Posts
-
Hadisaputra, M.Si,dan Nurhikmawaty Hasbiah bersama Ketua PWM Sulsel, Dr Muh Alwi Uddin (foto:ist)
-
Opini Oleh : Nur Faizah Anshar Korupsi, sebuah kata yang tentu tak asing lagi bagi kita. Di semua pemberitaan baik media elektronik maup...
-
Aksi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Rabu, 20 Mei 2015(Foto:fb)
-
Syaharaddin Alrif, S. Sos (Foto : ist) Syaharuddin Alrif akhirnya ditetapkan sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjend) Pimpinan Pusat...
-
Logo Musykom IMM FKIP Unismuh Makassar, Khittah - Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Keguruan dan Ilm...
CB Magazine »
Fikrah
,
Tokoh
»
Mengenal Ketua-Ketua Muhammadiyah Sulsel dari Masa ke Masa (1) : K.H. ABDULLAH
Mengenal Ketua-Ketua Muhammadiyah Sulsel dari Masa ke Masa (1) : K.H. ABDULLAH
Mengenal Ketua-Ketua Muhammadiyah Sulsel dari Masa ke Masa (1)
K.H. ABDULLAH
(Consoel Moehammadijah Celebes Selatan 1931-1938)
Oleh: DR. KH.
Mustari Bosra, MA.
Wakil Ketua PW Muhammadiyah Sulsel/
Sejarawan Universitas Negeri Makassar
Abdullah
lahir di Maros pada sekitar tahun 1895, ayahnya bernama Abdur Rahman dan Ibunya
bernama Halimah. Kepada putranya Abdullah, Abdur Rahman menaruh harapan agar
anaknya kelak dapat menjadi ulama. Untuk itu Abdullah kecil diajari mengaji
oleh ayahnya sendiri. Setelah bacaan Alquran dan pengetahuan dasar-dasar
agamanya dirasa cukup, Abdulah remaja dikirim oleh orang tuanya belajar ke
Petta Kalie di Maros.
Berbekal
pengetahuan agama yang diperolehnya dari Petta Kalie Maros, Abdullah berangkat
ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus untuk tinggal belajar
memperdalam bahasa Arab dan ilmu agama. Di Mekah, Abdullah menetap lebih kurang
10 tahun. Di sana dia belajar kepada berbagai guru. Konon di sana dia
pernah bertemu dengan Darwis yang
kemudian berubah nama menjadi Ahmad Dahlan.
Setelah
beberapa tahun tinggal di Mekah, Haji
Abdullah kawin dengan Hajjah Fatimah yang juga berasal dari Maros. Hajjah
Fatima datang ke Makkah bersama ayahnya untuk menunaikan ibadah haji. Sebagai
seorang pedagang kaya yang sangat prihatin terhadap perekembangan Islam di
daerahnya, ayah Hajjah Fatimah mendorong dan membantu Haji Abdullah agar tetap
tinggal di Makkah memperdalam pengetahuan agama hingga kelak dapat menjadi
ulama dan kembali ke kampung halamannya. Oleh Haji Abdullah, harapan dan
cita-cita mertuanya itulah yang membuatnya betah tinggal di Makkah selama lebih
kurang sepuluh tahun.
Setelah
bekal ilmu pengetahuan agamanya dirasakan telah memadai, pulanglah Haji
Abdullah bersama isterinya ke kampung halamannya di Maros. Sekembalinya ke
Maros, mertua yang sangat
menyayanginya itu pun mendorongmnya hijrah ke Makassar. Untuk itu maka Haji
Abdullah dibelikan rumah oleh mertuanya di Kampung
Butung, dekat Masjid Kampung
Butung.
Bersama
isteri tercintanya, Haji Abdullah tinggal di rumah tersebut hingga akhir hayatnya.
Di
rumahnya itulah, Haji Abdullah
mengajarkan Agama Islam kepada masyarakat
sehingga masyarakat pun memberinya gelar sebagai kiai.
Dikabarkan bahwa KH. Abdullah
sangat aktif bershalat- jamaah di Masjid dan sangat rajin bersilaturrahim
dengan sahabat-sahabatnya yang ada di sekitar Kampung butung, Kampung Melayu, dan Kampung Wajo.
Keaktifan
Kiai Haji Abdullah mengajar, berjamaah, dan bersilaturrahim itulah sehingga dia
banyak berkenalan dengan orang-orang yang telah menerima paham Muhammadiyah
melalui hubungan dagang dengan orang-orang dari Jawa (Yogyakarta, Surabaya,
Pekalongan, dan lain-lain).
Di
antara orang yang telah menerima bahkan telah menjadi anggota Muhammadiyah yang
menjadi sahabatnya ialah Mansyur Al-Yamani. Atas inisiatif Mansyur Al Yamanilah
sehingga diadakan pertemuan di rumah Haji Muhammad Yusuf Daeng Mattiro, pada
malam tanggal 15 Ramadhan. Pertemuan tersebut melahirkan Muhammadiyah Group
Makassar, dimana KH. Abdullah menjadi
salah seorang bestuur-nya, yakni sebagai Vais
Vorsitte.
Lebih
kurang satu tahun kemudian, KH. Abdullah malah menjadi Voorsitter Muhammadiyah
Group Makassar. Dalam masa kepemimpinannyalah Muhammadiyah Group Makassar
ditingkatkan statusnya menjadi Cabang. Dalam statusnya sebagai Vorsitter
Cabang, KH. Abdullah sekaligus menjadi Coordinator Group-group yang terbentuk di beberapa
daerah di Sulawesi Selatan, yaitu: Labbakkang, Pangkajene,
Maros, Sengkang, Limbung, Bantaeng, Belawa,
Majene, Balangnipa, Mandar, Rappang, Pinrang, Palopo, kajang, Soppeng
Riaja, Takkalasi, Lampoko, Ele Tanete, Tabba, Batu-batu (Soppeng), Campalagian,
dan lain-lain.
Sejak terbentuknya Cabang pada tahun 1927, secara berturut-turut
diadakanlah konferensi
Muhammadiyah. Pertama di Makassar tahan 1928; yang kedua di Sengkang pada tahun 1929, ketiga di
Majene tahun 1930, keempat Bantaeng tahun 1930, kelima di Labbakkang tahun
1931, keenam di Palopo tahun 1932. Pada
konferensi ke-6
inilah K.H. Abdullah terpilih menjadi
konsul Muhammadiyah Celebes Selatan yang pertama.
Menurut keputusan
konferensi, K.H.
Abdullah didampingi oleh Mansyur Al-Yamani selaku vice voorzitter
(wakil konsul), H. Nurdin Dg Magassing selaku Secretaris, Daeng Manja selaku penning meester (Bendahara), Andi Sewang Daeng Muntu, Saloko Daeng Malewa, Syahadat Daeng Situju, Ali Seilalla, dan Hajjah Daeng
Rampu, masing-masing sebagai commissaris (pembantu umum).
KH. Abdullah memegang jabatan konsoel dari konferensi ke-7
hingga konferensi ke-13, setelah Haji Andi Sewang Daeng Muntu terpilih
menggantikannya Pada konferensi ke-13 di Selayar tahun 1938. Dan, meskipun tidak terpilih lagi sebagai konsul, K.H.
Abdullah dengan kebesaran jiwanya tetap menjadi kommissaris konsul hingga akhir
hayatnya.
K.H.
Abdullah meninggal dunia bertepatan dengan serangan bom oleh serdadu sekutu
terhadap kapal-kapal yang sedang berlabuh di pelabuhan pada tanggal 24 April
1944 pukul 12.00 menjelang shalat Dzuhur.
Beberapa pesan K.H.
Abdullah yang sering disampaikan dalam bahasa Bugis, dituturkan kembali oleh
Drs. Muhammad Yamin Data. “Aja muallejjai tauwe mu enre, tanrerei padammu rupa tau nawatakko menre” (Janganlah engkau injak
orang untuk kau naik, junjunglah orang agar engkau ditarik naik). “Ngi-nigi piarai bere jama’na risempoangngi dalle’na pole ri Puangnge” (Barang siapa yang
memelihara shalat jamaahnya Allah memudahkan rezekinya). (*)
Tidak ada komentar: