INFO PASANG IKLAN
Popular Posts
-
Hadisaputra, M.Si,dan Nurhikmawaty Hasbiah bersama Ketua PWM Sulsel, Dr Muh Alwi Uddin (foto:ist)
-
Opini Oleh : Nur Faizah Anshar Korupsi, sebuah kata yang tentu tak asing lagi bagi kita. Di semua pemberitaan baik media elektronik maup...
-
Aksi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Rabu, 20 Mei 2015(Foto:fb)
-
Syaharaddin Alrif, S. Sos (Foto : ist) Syaharuddin Alrif akhirnya ditetapkan sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjend) Pimpinan Pusat...
-
Logo Musykom IMM FKIP Unismuh Makassar, Khittah - Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Keguruan dan Ilm...
CB Magazine »
Konsultasi
»
Konsultasi Psikologi Ibu dan Anak
Konsultasi Psikologi Ibu dan Anak
Posted by CB Magazine on Senin, 15 September 2014 |
Konsultasi
Oleh: Eka Damayanti, S.Psi., MA.
(Konsultan Psikologi Ibu dan Anak)
Mustakim (LK), Sengkang.
Saya adalah Guru
Matematika dan Istri saya guru Fisika. Kami memiliki 3 putra yang saat ini
dalam masa pertumbuhan kanak-kanak. Dengan latar belakang keilmuan kami yang
eksakta, bagaimana caranya menanamkan pemahaman moral pada anak-anak kami?
Menanamkan nilai-nilai moralitas tidak mengenal
latar belakang keilmuan. Meskipun moral itu bersifat abstrak namun bisa
dijelaskan secara konkret kepada anak-anak. Misalnya menanamkan sejak dini
penalaran moral yang tertinggi, yakni dengan meletakkan hati nurani sebagai
alasan utama dalam berperilaku, termasuk dalam melakukan kebaikan maupun
menghindari keburukan. Karena moral itu sendiri memiliki enam tingkatan.
Tingkatan terendah adalah melakukan sesuatu karena takut hukuman. Jadi jika
seorang anak membuang sampah karena ingmereka takut dihukum oleh orang tuanya,
maka tindakannya termasuk bermoral namun moral yang paling rendah. Tingkatan
moral kedua karena orientasi hadiah. Misalnya membuang sampah karena didorong
iming-iming hadiah oleh orang tuanya. Tingkatan moral ketiga adalah mau
mendapatkan label “anak yang baik” atau “anak yang rajin”, dll. Tingkatan moral
keempat adalah orientasi keteraturan hokum atau aturan. Tingkatan moral kelima
adalah orientasi kontrak social. Dan tingkatan moral yang tertinggi adalah
prisip etika universal atau dorongan hati nurani.
Jadi orang tua jangan senantiasa membiasakan
anak-anak berperilaku atas dasar orientasi hukuman atau iming-iming hadiah. Hal
itu kelak akan merusak karakter anak yang mengabaikan nuraninya.
Sunarti (PR), Parepare.
Saya memiliki anak
kembar emas (laki-laki dan perempuan) yang saat ini berusia 5 tahun. Mereka
dibesarkan dengan pola yang sama, namun kenapa yang laki-laki sampai sekarang
masih ngompol jika malam hari? Sementara yang perempuan, sejak usianya tiga
tahun, sudah tidak mengompol lagi. Apakah memang jenis kelamin menentukan
lamanya mengompol? Bagaimana cara mengatasinya?
Jenis kelamin tidak menentukan lamanya
mengompol. Pertama, harus dipastikan dulu di dokter kandung kemihnya, apakah
ada masalah atau tidak. Jika ada masalah maka dilakukan urotherapy Kedua, jika
tidak ada, artinya masalah ini hanya soal pembiasaan. Orang di sekitarnya harus
menerapkan secara tegas toilet training atau terapi perilaku agar anak tersebut
bisa buang air ditempat yang seharusnya. Meskipun sebenarnya usianya sudah
lewat dari usia anak yang seharusnya diterapkan toilet training, yakni usia 3
tahun. Secara alamiah, jika kandung kemih full, maka ada dorongan untuk terbangun
dari tidur. Nah, saat-saat seperti inilah yang harus dimanfaatkan orang tua
meyakinkan anak bangun dan mengantarnya ke toilet. Namun hati-hari dengan sikap
bermasa bodoh atau bahkan malah menyuruh anak itu buang air kecil di celananya
karena malas bangun di tengah malam. Sekali saja itu terjadi, maka akan
berdampak pada pembiasaan anak akan melakukannya lagi dan lagi karena itu
dianggap sebagai penguatan.
Tidak ada komentar: