Konsultasi Psikologi Ibu dan Anak

Oleh: Eka Damayanti, S.Psi., MA.
(Konsultan Psikologi Ibu dan Anak)


Mustakim (LK), Sengkang.
Saya adalah Guru Matematika dan Istri saya guru Fisika. Kami memiliki 3 putra yang saat ini dalam masa pertumbuhan kanak-kanak. Dengan latar belakang keilmuan kami yang eksakta, bagaimana caranya menanamkan pemahaman moral pada anak-anak kami? 

Menanamkan nilai-nilai moralitas tidak mengenal latar belakang keilmuan. Meskipun moral itu bersifat abstrak namun bisa dijelaskan secara konkret kepada anak-anak. Misalnya menanamkan sejak dini penalaran moral yang tertinggi, yakni dengan meletakkan hati nurani sebagai alasan utama dalam berperilaku, termasuk dalam melakukan kebaikan maupun menghindari keburukan. Karena moral itu sendiri memiliki enam tingkatan. Tingkatan terendah adalah melakukan sesuatu karena takut hukuman. Jadi jika seorang anak membuang sampah karena ingmereka takut dihukum oleh orang tuanya, maka tindakannya termasuk bermoral namun moral yang paling rendah. Tingkatan moral kedua karena orientasi hadiah. Misalnya membuang sampah karena didorong iming-iming hadiah oleh orang tuanya. Tingkatan moral ketiga adalah mau mendapatkan label “anak yang baik” atau “anak yang rajin”, dll. Tingkatan moral keempat adalah orientasi keteraturan hokum atau aturan. Tingkatan moral kelima adalah orientasi kontrak social. Dan tingkatan moral yang tertinggi adalah prisip etika universal atau dorongan hati nurani.

Jadi orang tua jangan senantiasa membiasakan anak-anak berperilaku atas dasar orientasi hukuman atau iming-iming hadiah. Hal itu kelak akan merusak karakter anak yang mengabaikan nuraninya.


Sunarti (PR), Parepare.
Saya memiliki anak kembar emas (laki-laki dan perempuan) yang saat ini berusia 5 tahun. Mereka dibesarkan dengan pola yang sama, namun kenapa yang laki-laki sampai sekarang masih ngompol jika malam hari? Sementara yang perempuan, sejak usianya tiga tahun, sudah tidak mengompol lagi. Apakah memang jenis kelamin menentukan lamanya mengompol? Bagaimana cara mengatasinya?

Jenis kelamin tidak menentukan lamanya mengompol. Pertama, harus dipastikan dulu di dokter kandung kemihnya, apakah ada masalah atau tidak. Jika ada masalah maka dilakukan urotherapy Kedua, jika tidak ada, artinya masalah ini hanya soal pembiasaan. Orang di sekitarnya harus menerapkan secara tegas toilet training atau terapi perilaku agar anak tersebut bisa buang air ditempat yang seharusnya. Meskipun sebenarnya usianya sudah lewat dari usia anak yang seharusnya diterapkan toilet training, yakni usia 3 tahun. Secara alamiah, jika kandung kemih full, maka ada dorongan untuk terbangun dari tidur. Nah, saat-saat seperti inilah yang harus dimanfaatkan orang tua meyakinkan anak bangun dan mengantarnya ke toilet. Namun hati-hari dengan sikap bermasa bodoh atau bahkan malah menyuruh anak itu buang air kecil di celananya karena malas bangun di tengah malam. Sekali saja itu terjadi, maka akan berdampak pada pembiasaan anak akan melakukannya lagi dan lagi karena itu dianggap sebagai penguatan. 

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top