INFO PASANG IKLAN
Popular Posts
-
Hadisaputra, M.Si,dan Nurhikmawaty Hasbiah bersama Ketua PWM Sulsel, Dr Muh Alwi Uddin (foto:ist)
-
Opini Oleh : Nur Faizah Anshar Korupsi, sebuah kata yang tentu tak asing lagi bagi kita. Di semua pemberitaan baik media elektronik maup...
-
Aksi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Rabu, 20 Mei 2015(Foto:fb)
-
Syaharaddin Alrif, S. Sos (Foto : ist) Syaharuddin Alrif akhirnya ditetapkan sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjend) Pimpinan Pusat...
-
Logo Musykom IMM FKIP Unismuh Makassar, Khittah - Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Keguruan dan Ilm...
CB Magazine »
Editorial
»
Songsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Quo Vadis Pendidikan Muhammadiyah?
Songsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Quo Vadis Pendidikan Muhammadiyah?
Posted by CB Magazine on Senin, 15 September 2014 |
Editorial
Frase "mencerdaskan kehidupan
bangsa" sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, adalah usulan dari
para tokoh Muhammadiyah. Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Umum PP
Muhammadiyah, Prof. Din Syamsuddin pada saat Muktamar Pemuda Muhammadiyah,
tahun 2010. "Mencerdaskan kehidupan bangsa" adalah etos dan spirit
Muhammadiyah yang telah ditularkan oleh Muhammadiyah kepada bangsa ini melalui
teks konstitusi. Itulah salah satu alasan mengapa Muhammadiyah dalam lintasan
sejarah bangsa ini berupaya selalu di garda terdepan dalam memimpin usaha
pencerdasan bangsa tersebut.
Bagi Muhammadiyah,
pendidikan merupakan upaya sadar penyiapan peluang bagi manusia untuk menguasai
ipteks berbasis wahyu tekstual (qauliyah) dan wahyu natural (qauniyah:
alam semesta), mengembangkan
kemampuan pemanfaatan alam semesta, menyerap seluruh prinsip perubahan
peradaban bagi kesejahteraan seluruh umat manusia dalam bentangan masa depan
sejarah.
Sedangkan
“Pendidikan Muhammadiyah” adalah pendidikan pencerahan kesadaran ketuhanan
(makrifat iman/tauhid) yang menghidupkan, mencerdaskan dan membebaskan manusia
dari kebodohan dan kemiskinan bagi kesejahteraan dan kemakmuran manusia dalam
kerangka kehidupan bangsa dan tata pergaulan dunia yang terus berubah dan
berkembang (Lihat Muqaddimah Revitalisasi
Pendidikan Muhammadiyah, dalam Tanfidz Muktamar Muhammadiyah, 2010).
Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari TK sampai perguruan tinggi,
ditambah lagi dengan pendidikan non formal dalam bentuk dakwah dan pengembangan
SDM yang dilakukan oleh Muhammadiyah secara kultural. Semangat mengembangkan dunia pendidikan memang diwarisi dari KH. Ahmad
Dahlan. Bagi beliau, pendidikan menjadi kunci utama dalam perubahan sosial.
Bahkan dalam catatan sejarah, Ahmad Dahlan lebih dahulu mendirikan lembaga
pendidikan daripada organisasi Muhamamdiyah. Usulan mendirikan organisasi malah
datang dari murid yang diajarnya (Mulkhan, 1990: 94).
Kini, Amal Usaha bidang
pendidikan yang mengalami perkembangan pesat di Sulawesi Selatan adalah
Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). Dari 19 PTM yang dibina oleh Muhammadiyah
Sulawesi Selatan, hampir seluruhnya menampakkan perkembangan yang berarti.
Misalnya Universitas Muhammadiyah Makassar dan Universitas Muhammadiyah
Parepare, menjadi perguruan tinggi favorit di Sulawesi Selatan, baik ditinjau dari
segi kualitas akademik maupun dari banyaknya peminat yang ingin kuliah di kampus
tersebut. Demikian pula PTM lainnya cukup menggembirakan, meski masih perlu
mengejar ketertinggalannya.
Ketua PP Muhammadiyah, yang juga Mantan
Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Prof. Malik Fadjar, mengingatkan,
"Kampus besar bukan hanya besar
dalam wujud gedung dan mahasiswa yang banyak. Tetapi secara substantif mampu
menunjukkan sebagai institusi pendidikan tinggi yang tangguh. Memiliki dosen
dan mahasiswa yang secara kualitatif andal dan memiliki budaya akademik yang
kuat."
Sementara itu dalam
bidang pendidikan dasar dan menengah, harus diakui bahwa secara keseluruhan
kondisi perguruan Muhammadiyah tersebut mengalami gejala kemunduran. Bahkan,
tidak jarang ditemukan adanya perguruan Muhammadiyah yang sudah tutup. Meski
masih ada beberapa sekolah yang masih terus menunjukkan kemajuan. Oleh
karenanya, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PW Muhammadiyah Sulsel
terus bergerak membenahi berbagai kekurangan dan mengakselerasi kemajuan sekolah-sekolah
Muhammadiyah.
Tantangan Kedepan
Ratna Megawangi (2005), mengulas bahwa
Abad ke-21 ditandai oleh perubahan begitu cepat dalam berbagai aspek kehidupan
manusia, dan laju ini akan jauh lebih cepat prosesnya dibandingkan dengan abad
sebelumnya. Agar dapat beradaptasi
dengan lingkungan yang terus berubah, manusia harus mampu belajar suatu hal
yang baru dengan cepat dan kreatif dalam mencari solusi masalah, serta selalu
mempunyai motivasi yang kuat untuk terus belajar. Manusia abad 21 adalah
manusia Lifelong Learners.
Salah satu tantangan di depan mata
adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN, yang salah satu pilarnya adalah pembentukan
pasar tunggal ASEAN pada tahun 2015. Siapkah kita menghadapi serbuan tenaga
kerja dari negara tetangga di ASEAN ini dan mampukah kita memanfaatkan peluang
pasar di negara ASEAN lain? Kekhawatiran yang muncul terutama terkait dengan
ketidaksiapan tenaga kerja Indonesia. Berdasarkan survei Asian Productivity Organization 2004, dari setiap 1000 tenaga kerja
Indonesia, hanya 4,3% yang tergolong terampil, Filipina 8,3%, Malaysia 32,6%,
Singapura, 34,7% (Tinjauan Kompas, Menatap Indonesia 2014). Lalu bagaimana
dengan kesiapan Amal Usaha Pendidikan Muhammadiyah?
Tidak ada komentar: