Songsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Quo Vadis Pendidikan Muhammadiyah?

Frase "mencerdaskan kehidupan bangsa" sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, adalah usulan dari para tokoh Muhammadiyah. Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Din Syamsuddin pada saat Muktamar Pemuda Muhammadiyah, tahun 2010. "Mencerdaskan kehidupan bangsa" adalah etos dan spirit Muhammadiyah yang telah ditularkan oleh Muhammadiyah kepada bangsa ini melalui teks konstitusi. Itulah salah satu alasan mengapa Muhammadiyah dalam lintasan sejarah bangsa ini berupaya selalu di garda terdepan dalam memimpin usaha pencerdasan bangsa tersebut.

Bagi Muhammadiyah, pendidikan merupakan upaya sadar penyiapan peluang bagi manusia untuk menguasai ipteks berbasis wahyu tekstual (qauliyah) dan wahyu natural (qauniyah: alam semesta), mengembangkan kemampuan pemanfaatan alam semesta, menyerap seluruh prinsip perubahan peradaban bagi kesejahteraan seluruh umat manusia dalam bentangan masa depan sejarah.

Sedangkan “Pendidikan Muhammadiyah” adalah pendidikan pencerahan kesadaran ketuhanan (makrifat iman/tauhid) yang menghidupkan, mencerdaskan dan membebaskan manusia dari kebodohan dan kemiskinan bagi kesejahteraan dan kemakmuran manusia dalam kerangka kehidupan bangsa dan tata pergaulan dunia yang terus berubah dan berkembang (Lihat Muqaddimah Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah, dalam Tanfidz Muktamar Muhammadiyah, 2010).

Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari TK sampai perguruan tinggi, ditambah lagi dengan pendidikan non formal dalam bentuk dakwah dan pengembangan SDM yang dilakukan oleh Muhammadiyah secara kultural. Semangat mengembangkan dunia pendidikan memang diwarisi dari KH. Ahmad Dahlan. Bagi beliau, pendidikan menjadi kunci utama dalam perubahan sosial. Bahkan dalam catatan sejarah, Ahmad Dahlan lebih dahulu mendirikan lembaga pendidikan daripada organisasi Muhamamdiyah. Usulan mendirikan organisasi malah datang dari murid yang diajarnya (Mulkhan, 1990: 94).

Kini, Amal Usaha bidang pendidikan yang mengalami perkembangan pesat di Sulawesi Selatan adalah Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). Dari 19 PTM yang dibina oleh Muhammadiyah Sulawesi Selatan, hampir seluruhnya menampakkan perkembangan yang berarti. Misalnya Universitas Muhammadiyah Makassar dan Universitas Muhammadiyah Parepare, menjadi perguruan tinggi favorit di Sulawesi Selatan, baik ditinjau dari segi kualitas akademik maupun dari banyaknya peminat yang ingin kuliah di kampus tersebut. Demikian pula PTM lainnya cukup menggembirakan, meski masih perlu mengejar ketertinggalannya.

Ketua PP Muhammadiyah, yang juga Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Prof. Malik Fadjar, mengingatkan, "Kampus besar bukan hanya besar dalam wujud gedung dan mahasiswa yang banyak. Tetapi secara substantif mampu menunjukkan sebagai institusi pendidikan tinggi yang tangguh. Memiliki dosen dan mahasiswa yang secara kualitatif andal dan memiliki budaya akademik yang kuat."

Sementara itu dalam bidang pendidikan dasar dan menengah, harus diakui bahwa secara keseluruhan kondisi perguruan Muhammadiyah tersebut mengalami gejala kemunduran. Bahkan, tidak jarang ditemukan adanya perguruan Muhammadiyah yang sudah tutup. Meski masih ada beberapa sekolah yang masih terus menunjukkan kemajuan. Oleh karenanya, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PW Muhammadiyah Sulsel terus bergerak membenahi berbagai kekurangan dan mengakselerasi kemajuan sekolah-sekolah Muhammadiyah.

Tantangan Kedepan
Ratna Megawangi (2005), mengulas bahwa Abad ke-21 ditandai oleh perubahan begitu cepat dalam berbagai aspek kehidupan manusia, dan laju ini akan jauh lebih cepat prosesnya dibandingkan dengan abad sebelumnya. Agar  dapat beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah, manusia harus mampu belajar suatu hal yang baru dengan cepat dan kreatif dalam mencari solusi masalah, serta selalu mempunyai motivasi yang kuat untuk terus belajar. Manusia abad 21 adalah manusia Lifelong Learners.

            Salah satu tantangan di depan mata adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN, yang salah satu pilarnya adalah pembentukan pasar tunggal ASEAN pada tahun 2015. Siapkah kita menghadapi serbuan tenaga kerja dari negara tetangga di ASEAN ini dan mampukah kita memanfaatkan peluang pasar di negara ASEAN lain? Kekhawatiran yang muncul terutama terkait dengan ketidaksiapan tenaga kerja Indonesia. Berdasarkan survei Asian Productivity Organization 2004, dari setiap 1000 tenaga kerja Indonesia, hanya 4,3% yang tergolong terampil, Filipina 8,3%, Malaysia 32,6%, Singapura, 34,7% (Tinjauan Kompas, Menatap Indonesia 2014). Lalu bagaimana dengan kesiapan Amal Usaha Pendidikan Muhammadiyah?

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top