Kaum Muda Dipentas Politik (Refleksi Pemilihan Legislatif 2014)

Ardiansyah, S. Sos*

Negara Republik Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Dimana dijelaskan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia pasal 1 ayat 2 yang kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Hal ini kemudian yang mengharuskan pemilihan pemimpin dan wakil rakyat dipilih langsung oleh rakyat. Pemilihan presiden dan dewan perwakilan rakyat di Indonesia diadakan 5 tahun sekali. Pada tahun 2014 bertepatan tahun politik dimana diadakan pemilihan presiden dan dewan perwakilan rakyat.
Secara umum persoalan politik Indonesia pada tahun 2014 semakin kompleks. Mulai dari pelaksanaan masa kampanye sampai pada masa pemilu dan pasca pemilu. Permasalahan terjadi pada segala kompleks mulai dari penyelenggara, caleg, Partai Politik dan masyarakat itu sendiri.
Kecurangan terjadi mulai dari masa kampanye, dimana partai politik dan caleg memasang alat peraga di zona–zona yang dilarang oleh penyelenggara pemilu. Selanjutnya para caleg melakukan jalur singkat seperti money politik, intervensi politik dan transaksi politik lainnya. Selanjutnya penyelenggara banyak melakukan penyalahgunaan wewenang dan pembiaran pelanggaran yang dilakukan oleh para caleg.
Hal ini sangatlah memprihatinkan, namun jika di analisis lebih mendalam maka permasalahan mendasar dari pemilihan legislative 2014 adalah persoalan kecurangan pemilihan legislatif tidak lepas dari persoalan ekonomi. Masyarakat yang berada dalam kelas ekonomi menengah kebawah menganggap bahwa proses pemilihan legislatif sebagai ladang untuk mendapatkan penghasilan tambahan , begitu pula dengan penyelenggara yang berharap mendapatkan penghasilan tambahan dengan melakukan politik transaksional berupa pengerahan massa pemilih, penggelembungan suara dan sebagainya.
Masalah ekonomi masyarakat sebenarnya ikut membangun rantai setan kemiskinan itu sendiri. Karena dengan ekonomi rendah maka sulit untuk mendapatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang layak. Padahal, kita ketahui bersama bahwa demokrasi bisa berjalan dengan baik jika masyarakat memiliki pendidikan politik yang memadai.
Kualitas pemilihan legislatif yang rendah juga disebabkan karena fungsi partai politik tidak berjalan dengan baik. Fungsi utama yaitu melakukan pendidikan politik masyarakat tidak berjalan dengan baik, peningatan pemahaman politik terhadap kader-kader partai juga tidak berjalan dengan baik, serta rekrutmen caleg yang tidak berdasarkan kualitas, tapi berdasarkan popularitas dan kekayaan. Sehingga caleg yang lolos memiliki kualitas yang rendah. Partai politik sebagai pilar demokrasi menjadi malapetaka karena tidak mampu berperan sebagaimana mestinya.
Olehnya itu, dalam hal perbaikan System demokrasi di Indonesia yang dalam hal ini masyarakat belum siap sepenuhnya mengikuti prosesi demokrasi. Maka perlu pendekatan system untuk melakukan perbaikan kondisi demokrasi yang ada di negara kita. Ada pun langkah – langkah yang harus ditepuh yaitu rekrutmen caleg pada partai politik harus berjalan dengan baik. Partai politik harus menjadikan kader terbaiknya maju ke pentas pertarungan, jangan menggunakan orang non kader yang memiliki kekayaan atau popularitas demi mendulang suara Saja. Kedua, harus adanya lembaga independen yang untuk memberikan fit and profet tes kepada semua calon anggota legislative yang kemudian menentukan bisa tidaknya maju menjadi calon. ketiga, perlu penyadaran secara menyeluruh baik itu penyelenggara, partai politik , caleg, pemerintah dan masyarakat bahwa menjadi wakil rakyat berarti menjadi negarawan yang harus mengabdi kepada masyarakat bukan untuk memperkaya diri.
Peran Pemuda Dalam Pesta Demokrasi 2014
Dalam pesta demokrasi 2014 ini, pemuda masih memiliki berbagai pandangan dalam hal mengambil peran dalam pesta demokrasi. Ada yang berpandangan bahwa politik itu kotor sehingga mereka tidak mau terlibat dalam pesta demokrasi. ada yang masih malu – malu dengan hanya menjadi komentator dalam pemilihan legislative, ada juga yang mulai terjun dengan menjadi tim sukses. Dan yang perlu di apresiasi adalah pemuda yang telah memberanikan diri menjadi calon anggota legislative dengan bermodal idealisme. Walaupun tidak terpilih namun mereka telah memperlihatkan kebraniaan untuk menikmati pentas politik yang masih primitif ini.
Fenomena pemilihan legislative 2014 memperlihatkan banyaknya aktivis dan pemuda yang terjungkal dalam  pertarungan ini. Sebut saja Haris Yasin Limpo yang merupakan mantan ketua KNPI Sulsel tidak lolos di DPRD kota Makassar, Henny Handayani yang merupakan mantan ketua BADKO HMI Sul - Sel juga tdk Lolos di DPRD Makassar dan banyak lagi aktivis dan pemuda lainnya, justru yang banyak lolos adalah dari kalangan pengusaha dan keluarga pejabat.
 Ini menandakan bahwa pemuda dan aktivis belum mampu mengambil hati masyarakat Indonesia. Namun ini bukan menjadi alasan untuk berputus asa, tetapi pemuda dan aktivis harus memiliki bekal yang cukup untuk mampu bertarung di pentas politik.
Menurut hemat penulis, demi kemajuan negara kesatuan republik Indonesia yang kita cintai ini. Pemuda yang intelektual seharusnya mampu menjadi “pemain”  dalam pentas politik. Negara  ini membutuhkan pemuda–pemuda enerjik yang memiliki kualifikasi, jangan hanya berfikir menjadi sutradara tapi harus merebut kekuasaan menentukan arah negara ini.
Sebelum terjun dalam pentas politik, pemuda harus memiliki bekal yang memadai diataranya, memiliki kemandirian secara intelektual, memahami strategi politik, memberikan pengabdian kepada masyarakat secara continue dan memiliki kemandirian ekonomi untuk menunjang biaya politik yang sangat tinggi.
            Selain mempersiapkan skill individu, pemuda juga harus mampu menjadi corong pendidikan politik, pendidikan politik yang dilakukan harus mampu menyentuh sampai ke ranah teknis perpolitikan itu sendiri seperti aturan main pemilihan umum, fungsi dan peran wakil rakyat dan sebagainya.
Terakhir, saatnya pemuda terjun langsung di parlemen untuk mengantarkan kita menuju Indonesia berkemajuan. pemuda adalah penentu nasib bangsa, pemuda adalah pelopor berdirinya Indonesia, pemuda meruntuhkan rezim orde lama, pemuda berhasil menciptakan reformasi 98, maka saatnya pemuda menuntaskan perubahan melalui parlemen. (*)

*Penulis adalah Sekretaris PW Pemuda Muhammadiyah Sulsel

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top