INFO PASANG IKLAN
Popular Posts
-
Hadisaputra, M.Si,dan Nurhikmawaty Hasbiah bersama Ketua PWM Sulsel, Dr Muh Alwi Uddin (foto:ist)
-
Opini Oleh : Nur Faizah Anshar Korupsi, sebuah kata yang tentu tak asing lagi bagi kita. Di semua pemberitaan baik media elektronik maup...
-
Aksi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Rabu, 20 Mei 2015(Foto:fb)
-
Syaharaddin Alrif, S. Sos (Foto : ist) Syaharuddin Alrif akhirnya ditetapkan sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjend) Pimpinan Pusat...
-
Logo Musykom IMM FKIP Unismuh Makassar, Khittah - Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Keguruan dan Ilm...
CB Magazine »
Advertorial
»
PEMBANGUNAN IRIGASI GILIRENG MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN
PEMBANGUNAN IRIGASI GILIRENG MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN
Posted by CB Magazine on Sabtu, 14 Februari 2015 |
Advertorial
Panen Raya Bersama Bupati Wajo |
Pembangunan
pertanian menghendaki pertanian yang dinamis yaitu pertanian yang dicirikan
antara lain oleh penggunaan tekhnologi baru yang berlangsung secara terus
menerus, berkesinambungan, peran serta petani dan keluarganya dalam
melaksanakan kegiatan usaha taninya. Seperti diketahui sektor pertanian di
Kabupaten Wajo dianggap penting. Hal ini terlihat dari peranan sektor pertanian
terhadap penyediaan lapangan kerja, penyediaan pangan, penyumbang devisa negara
melalui ekspor dan sebagainya.
Oleh
karena itu wajar kalau biaya pembangunan untuk sektor pertanian ini pantas
menjadi perhatian yang lebih diantara pembiayaan sektor-sektor lainnya, menyadari
hal tersebut, perintah Kabupaten Wajo bertekad untuk sesegera mungkin mempertahankan
swasembada pangan, utamanya beras. Untuk dapat mewujudkan tekad tersebut, maka
semua program yang terkait dengan upaya pencapaian swasembada beras mendapat
prioritas yang tinggi, diantaranya adalah pembangunan irigasi Gilireng. Karena
itu prioritas utama pembangunan pengairan adalah pembangunan irigasi yang ditujukan
untuk menunjang pembangunan sektor pertanian dalam rangka pencapaian swasembada
beras secepat mungkin.
Hal
ini diungkapkan Bupati Wajo H. A. Burhanuddin Unru, baru-baru ini diruang
kerjanya saat dikonfirmasi awak media ini,
beliau menambahkan jumlah areal pertanian (persawahan, red) di Kabupaten
Wajo sebanyak 87 ribu hektar, baru sekitar 23 ribu hektar yang beririgasi
teknis, sisanya sekitar 64 ribu hektar masih tadah hujan.
Rencana
pembangunan irigasi Gilireng nantinya akan mengairi sawah sekitar 10 ribu
hektar dan menjangkau sebanyak 7 kecamatan, karena luas bendungan yang akan
dibangun sekitar 169 kilometer bujursangkar dan luas penanganan waduk sebanyak
2500 hektar dengan kapasitas tampung air sebanyak 138 juta meter kubik serta
rencana desain umur bangunan maksimal 50 tahun.
Sesuai
dengan tujuan pembangunan nasional, tegas Burhanuddin, tujuan utama dari pembangunan
pengairan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama melalui
pembangunan sub sektor irigasi yaitu untuk menunjang program peningkatan
produksi pertanian dengan sasaran utama swasembada beras.
Kebijaksanaan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa
sebahagian besar penduduk Kabupaten Wajo menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian, sehingga keberhasilan pembangunan pengairan akan menjamin
peningkatan kesejahteraan masyarakat tani di daerah ini.
Pembangunan
pengairan yang dilakukan oleh pemerintah merupakan upaya untuk memanfaatkan
sumber daya air secara tepat guna, berdaya guna dan berhasil guna untuk meningkatkan
kesejahteran rakyatnya. Pembangunan pengairan menunjang sektor pertanian
terutama untuk penyediaan air irigasi baik untuk tanaman pangan, hortikultura,
tanaman rumput makanan ternak maupun komoditi lainnya. Selain itu jaringan
irigasi juga berperan dalam penyediaan air, baik untuk perikanan darat maupun
pertambakan.
Dalam
rangka mempertahankan dan melestarikan swasembada beras, lanjut Burhanuddin, selain
penambahan sarana irigasi, pemerintah juga menempuh kebijaksanaan baru yaitu
menyerahkan irigasi kecil kepada petani melalui organisasi perkumpulan petani
pemakai air (P3A), karena pemerintah merasa bahwa mengelola irigasi bukanlah
suatu tugas yang dapat ditangani sendiri, pemerintah tidak mampu menempatkan
pertugas yang memadai yang dapat menjaga setiap pintu air, membersihkan setiap
saluran, menyelesaikan konflik yang timbul dimana-mana dalam setiap jaringan
irigasi. Untuk itu petani-petani setempat perlu berperan serta pada pembagian penting
tugas ini
Pemerintah
mengalami kesulitan dalam penyediaan dana operasi dan pemeliharaan dalam jumlah
yang mencukupi, agar kondisi jaringan tetap baik sehingga dapat memberikan
kinerja yang tinggi, perlu disediakan biaya operasi dan
pemeliharaan dalam jumlah yang mencukupi. Atas dasar itu pemerintah mengambil
kebijaksanaan menerapkan IPAIR (Iuran Pelayanan Irigasi). Petani memegang hak
kontrol atas jaringan irigasi, bertanggung jawab atas aspek operasi dan pemeliharaan
dan penggerakan tenaga untuk membersihkan saluran, memperbaiki bendungan sampai
menyelesaikan konflik.
Sepanjang
yang berhubungan dengan operasi dan pemeliharaan, ada beberapa masalah yang
menonjol antara lain, keberadaan infrastruktur yang kurang memuaskan,
terbatasnya sumber daya manusia, kurangnya dana yang disediakan untuk operasi
dan pemeliharaan, kurangnya dukungan dari instansi-instansi terkait serta peran
petani yang belum seperti yang diharapkan. Masalah yang disebut terakhir ini
yaitu “Peran petani yang belum seperti yang di harapkan”. Pada dasarnya berarti
para petani belum melaksanakan tanggung jawabnya secara baik dalam pembangunan
dan pengelolaan irigasi. Masalah ini sebenarnya merupakan masalah lama dalam
pembangunan jaringan irigasi di Indonesia. Hal ini telah muncul dan dirasakan
serta diupayakan jalan keluarnya.
Hasil
dari upaya-upaya itu sampai sekarang juga masih belum seperti yang diharapkan. Adanya
keterlibatan petani dalam pembiayaan pembangunan dapat memperkuat rasa memiliki
terhadap jaringan irigasi yang dibangun. Kunci Burhanuddin. (RpB)
Tidak ada komentar: