INFO PASANG IKLAN
Popular Posts
-
Hadisaputra, M.Si,dan Nurhikmawaty Hasbiah bersama Ketua PWM Sulsel, Dr Muh Alwi Uddin (foto:ist)
-
Opini Oleh : Nur Faizah Anshar Korupsi, sebuah kata yang tentu tak asing lagi bagi kita. Di semua pemberitaan baik media elektronik maup...
-
Aksi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Rabu, 20 Mei 2015(Foto:fb)
-
Syaharaddin Alrif, S. Sos (Foto : ist) Syaharuddin Alrif akhirnya ditetapkan sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjend) Pimpinan Pusat...
-
Logo Musykom IMM FKIP Unismuh Makassar, Khittah - Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Keguruan dan Ilm...
CB Magazine »
Konsultasi
»
Manis di Rumah, Berbuat Ulah di Sekolah
Manis di Rumah, Berbuat Ulah di Sekolah
Posted by CB Magazine on Kamis, 18 Desember 2014 |
Konsultasi
KONSULTASI
PSIKOLOGI IBU DAN ANAK
Khawatir
Mahasiswa Terlibat Geng Motor
Mia
(PR), Makassar.
Saya mengajar di salah
satu Perguruan Tinggi di Parepare. Diantara mahasiswa yang saya ajar, ada yang
mengaku selama ini terlibat dengan geng motor. Namun menurut pengakuannya, geng
motor mereka tidak seperti geng motor yang ada di Makassar. Ternyata mahasiswa
tersebut tertarik dan terobsesi untuk mengikuti jejak aksi geng motor yang ada
di Makassar, yang selama ini marak diberitakan di media massa, seperti kasus
pengrusakan dan bahkan penganiayaan yang berujung pembunuhan. Langkah apa yang
harus saya lakukan untuk menghentikan obsesi mahasiswa ini?
Aksi
geng motor memang sudah sangat meresahkan masyarakat. Meskipun kejadian anarkis
geng motor itu terjadi di Makassar, namun informasi bisa diakses oleh seluruh
masyarakat luas melalui media massa dan media sosial. Informasi tersebut bisa menimbulkan
dampak positif, bisa juga negatif. Positif karena stakeholder terkait bisa melakukan pencegahan dini di daerahnya. Negatif,
karena membuat resah masyarakat, khususnya orang tua yang memiliki anak yang sekolah/kuliah
di Makassar. Selain itu perilaku geng motor tersebut bisa diimitasi (ditiru)
remaja di luar Kota Makassar. Apalagi bagi remaja yang memiliki agresivitas
tinggi.
Nah,
untuk menjawab pertanyaan Ibu Mia, pertama
harus dicari tau alasan sebenarnya kenapa anak itu terobsesi melakukan tindakan
anarkis. Informasi ini sangat menentukan langkah pencegahan selanjutnya. Apakah
karena faktor dalam diri maupun luar dirinya. Dalam hal faktor dalam dirinya, bisa
jadi ada energi negatif yang tidak tersalurkan sehingga menimbulkan potensi
agresivitas. Hal itu tidak terlepas dari pola asuh orang tuanya. Jika anak
terbiasa dididik keras maka berpotensi juga memperlakukan orang lain seperti
itu. Atau bisa juga karena didikan yang penuh celaan sehingga anak itu
mengalami gangguan kepercayaan diri. Justru melibatkan diri dalam geng motor
menjadi sebuah kompensasi atas ketidakpercayaan dirinya. Selanjutnya, bisa juga
disebabkan karena pengaruh teman sebayanya. Jika faktor luar ini menjadi
penyebab, maka anak itu harus segera dihindarkan dari komunitas geng motornya,
sebelum mengimitasi perilaku anarkis geng motor lainnya.
Manis di Rumah,
Berbuat Ulah di Sekolah
Farida
(PR), Makassar
Saya seorang ibu
yang memiliki anak laki-laki usia 8 tahun, saat ini sedang duduk di bangku
kelas dua Sekolah Dasar. Anak saya selalu melapor kalau dia sering dipukuli
temannya, sebut saja namanya Si A. Guru di sekolah membenarkan kejadian
tersebut, bahkan kadang anak saya sering dipukuli tanpa alasan. Ketika saya
konfirmasi ke orang tua Si A , mereka menyangkal anaknya bisa melakukan
perbuatan tersebut. Sebab di rumah, Si A sangat “manis” dan tidak suka membuat
ulah. Nah, bagaimana saya membebaskan anak saya jadi sasaran si A?
Sebagai
langkah praktis, untuk membebaskan anak ibu supaya tidak menjadi sasaran, bisa
saja dengan meminta gurunya agar memberikan perhatian khusus terhadap perilaku
si A, atau meminta agar anak Ibu
berpisah kelas dengan Si A, atau bisa saja pindah sekolah. Hal itu dapat Ibu
lakukan sebagai alternatif terakhir. Namun bukan berarti bisa menyelesaikan
masalah kekerasan yang dilakukan oleh Si A. Mungkin anak ibu akan bebas jadi
sasaran, tapi tidak menutup kemungkinan akan pindah ke siswa lainnya. Jadi
tetap komunikasikan sikap si A pada orangtuanya. Kadang memang, ada anak yang
bersikap “manis” di rumahnya sementara di luar rumah berubah jadi sosok yang
agresif. Hal ini tidak terlepas dari pola asuh dalam keluarganya. Perilaku anak
menjadi pencerminan potret perlakuan yang diterima dan atau dipelajari dalam
keluarganya. Selain itu faktor imitasi dari media televisi yang setiap saat
menyuguhkan tontonan yang tidak mendidik pada anak. Jadi dibutuhkan kerjasama
antara orang tua, guru dan masyarakat lingkungan sekitar dalam mendidik
perilaku anak.
Kolom ini diasuh
oleh Lembaga Advokasi Perempuan dan Anak Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah
Sulawesi Selatan 2012-2016. Bagi yang ingin berbagi cerita, bisa mengirimkan
email ke: ekad_psy@yahoo.com atau melalui email redaksi Khittah: pustakamuhammadiyah@gmail.com .
Tidak ada komentar: