Manis di Rumah, Berbuat Ulah di Sekolah



KONSULTASI PSIKOLOGI IBU DAN ANAK

Khawatir Mahasiswa Terlibat Geng Motor
Mia (PR), Makassar.
Saya mengajar di salah satu Perguruan Tinggi di Parepare. Diantara mahasiswa yang saya ajar, ada yang mengaku selama ini terlibat dengan geng motor. Namun menurut pengakuannya, geng motor mereka tidak seperti geng motor yang ada di Makassar. Ternyata mahasiswa tersebut tertarik dan terobsesi untuk mengikuti jejak aksi geng motor yang ada di Makassar, yang selama ini marak diberitakan di media massa, seperti kasus pengrusakan dan bahkan penganiayaan yang berujung pembunuhan. Langkah apa yang harus saya lakukan untuk menghentikan obsesi mahasiswa ini?
Aksi geng motor memang sudah sangat meresahkan masyarakat. Meskipun kejadian anarkis geng motor itu terjadi di Makassar, namun informasi bisa diakses oleh seluruh masyarakat luas melalui media massa dan media sosial. Informasi tersebut bisa menimbulkan dampak positif, bisa juga negatif. Positif karena stakeholder terkait bisa melakukan pencegahan dini di daerahnya. Negatif, karena membuat resah masyarakat, khususnya orang tua yang memiliki anak yang sekolah/kuliah di Makassar. Selain itu perilaku geng motor tersebut bisa diimitasi (ditiru) remaja di luar Kota Makassar. Apalagi bagi remaja yang memiliki agresivitas tinggi.
Nah, untuk menjawab pertanyaan Ibu Mia, pertama harus dicari tau alasan sebenarnya kenapa anak itu terobsesi melakukan tindakan anarkis. Informasi ini sangat menentukan langkah pencegahan selanjutnya. Apakah karena faktor dalam diri maupun luar dirinya. Dalam hal faktor dalam dirinya, bisa jadi ada energi negatif yang tidak tersalurkan sehingga menimbulkan potensi agresivitas. Hal itu tidak terlepas dari pola asuh orang tuanya. Jika anak terbiasa dididik keras maka berpotensi juga memperlakukan orang lain seperti itu. Atau bisa juga karena didikan yang penuh celaan sehingga anak itu mengalami gangguan kepercayaan diri. Justru melibatkan diri dalam geng motor menjadi sebuah kompensasi atas ketidakpercayaan dirinya. Selanjutnya, bisa juga disebabkan karena pengaruh teman sebayanya. Jika faktor luar ini menjadi penyebab, maka anak itu harus segera dihindarkan dari komunitas geng motornya, sebelum mengimitasi perilaku anarkis geng motor lainnya.


Manis di Rumah, Berbuat Ulah di Sekolah

Farida (PR), Makassar
Saya seorang ibu yang memiliki anak laki-laki usia 8 tahun, saat ini sedang duduk di bangku kelas dua Sekolah Dasar. Anak saya selalu melapor kalau dia sering dipukuli temannya, sebut saja namanya Si A. Guru di sekolah membenarkan kejadian tersebut, bahkan kadang anak saya sering dipukuli tanpa alasan. Ketika saya konfirmasi ke orang tua Si A , mereka menyangkal anaknya bisa melakukan perbuatan tersebut. Sebab di rumah, Si A sangat “manis” dan tidak suka membuat ulah. Nah, bagaimana saya membebaskan anak saya jadi sasaran si A?
Sebagai langkah praktis, untuk membebaskan anak ibu supaya tidak menjadi sasaran, bisa saja dengan meminta gurunya agar memberikan perhatian khusus terhadap perilaku si A,  atau meminta agar anak Ibu berpisah kelas dengan Si A, atau bisa saja pindah sekolah. Hal itu dapat Ibu lakukan sebagai alternatif terakhir. Namun bukan berarti bisa menyelesaikan masalah kekerasan yang dilakukan oleh Si A. Mungkin anak ibu akan bebas jadi sasaran, tapi tidak menutup kemungkinan akan pindah ke siswa lainnya. Jadi tetap komunikasikan sikap si A pada orangtuanya. Kadang memang, ada anak yang bersikap “manis” di rumahnya sementara di luar rumah berubah jadi sosok yang agresif. Hal ini tidak terlepas dari pola asuh dalam keluarganya. Perilaku anak menjadi pencerminan potret perlakuan yang diterima dan atau dipelajari dalam keluarganya. Selain itu faktor imitasi dari media televisi yang setiap saat menyuguhkan tontonan yang tidak mendidik pada anak. Jadi dibutuhkan kerjasama antara orang tua, guru dan masyarakat lingkungan sekitar dalam mendidik perilaku anak.

Kolom ini diasuh oleh Lembaga Advokasi Perempuan dan Anak Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Sulawesi Selatan 2012-2016. Bagi yang ingin berbagi cerita, bisa mengirimkan email ke: ekad_psy@yahoo.com atau melalui email redaksi Khittah: pustakamuhammadiyah@gmail.com .

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top