Sikapi Demo Anarkis, IMM dan KNPI Sulsel Gelar Dialog Publik



Suasana Dilaog (Foto : khittah.com)
Makassar- Menyikapi fenomena gerakan mahasiswa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), akhir-akhir ini yang banyak berujung pada bentrokan dengan aparat kepolisian dan masyarakat. Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Mahaasiswa Muhammadiyah (IMM) Sulawesi Selatan bekerjasama dengan DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulsel menggelar dialog publik di Warkop Cappo Jl Sultan Alauddin, Ahad 23 November 2014.

Kegiatan ini mengangkat tema Strategi dan pola gerakan mahasiswa dalam mempengaruhi kebijakan publik. Hadir sebagai narasumber Budayawan Unhas Ishak Ngeljaratan, Wakil Ketua KNPI Sulsel, Alumni IMM Sulsel Ridwan Pawallang.
Ketua KNPI Sulsel Mizar Roem dalam sambutannya mengatakan bahwa dialog ini adalah awal dari konsep jangka panjang KNPI Sulsel bersama IMM dan OKP lain dalam konsolidasi perumusan gerakan mahasiswa. “Perumusan pola gerakan mahasiswa adalah sebagai evaluasi akan fenomena demonstrasi mahasiswa akhir-akhir ini,” jelasnya.
“Mahasiswa Makassar pada realitanya tidaklah seperti yang nampak di Televisi, banyak pihak yang sengaja membesar-besarkan bahkan membuat rekayasa dalam membenturkan mahasiswa dan masyarakat,” tambah Mizar.

Sementara itu, budayawan Ishak Ngeljaratan mengungkapkan bahwa menyikapi hal tersebut mahasiswa harus ‘penteng siri’,” dengan mengembalikan kepercayaan masyarakat. “Mahasiswa harus tetap jadi intelektual sejati ‘macca’ serta muliakan diri sebagai masyarakat Bugis Makassar dalam menyampaiakn  aspirasi,” jelas Dosen senior Universitas Hasanuddin ini.

Diakhir dialog yang diikuti puluhan mahasiswa dari beberapa Kampus ini lahir beberapa rekomendasi antara lain, pertama mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak tertentu karena mahasiswa melakukan demonstrasi murni untuk menyuarakan aspirasi rakyat, kedua mahasiswa dalam melakukan gerakan agar senantiasa memeperjelas diri dengan mengenakan identitas agar tidak mudah disusupi oleh oknum ataupun kelompok yang sengaja ingin merusak citra mahasiswa, ketiga mahasiswa sebagai kaum terpelajar harus menjadi rahmat dengan sikap kritisnya dengan tidak sekedar anarkis, keempat  mahasiswa bergerak atas dasar menyuarakan aspirasi rakyat sebagai bagian dari budaya malu “siri’ na pacce”, dalam hal ini malu karena berbuat jahat dengan menerima begitu saja kenaikan harga BBM serta malu karena tidak berbuat baik dengan menyuarakan aspirasi rakyat. (Kasri)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top