INFO PASANG IKLAN
Popular Posts
-
Hadisaputra, M.Si,dan Nurhikmawaty Hasbiah bersama Ketua PWM Sulsel, Dr Muh Alwi Uddin (foto:ist)
-
Opini Oleh : Nur Faizah Anshar Korupsi, sebuah kata yang tentu tak asing lagi bagi kita. Di semua pemberitaan baik media elektronik maup...
-
Aksi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Rabu, 20 Mei 2015(Foto:fb)
-
Syaharaddin Alrif, S. Sos (Foto : ist) Syaharuddin Alrif akhirnya ditetapkan sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjend) Pimpinan Pusat...
-
Logo Musykom IMM FKIP Unismuh Makassar, Khittah - Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Keguruan dan Ilm...
CB Magazine »
Editorial
»
Syuja': Terinspirasi Pengajian, Bangun Rumah Sakit
Syuja': Terinspirasi Pengajian, Bangun Rumah Sakit
Posted by CB Magazine on Rabu, 22 Oktober 2014 |
Editorial
Suatu hari,
Syuja' bertanya pada gurunya, Kyai Ahmad Dahlan, “apa sebabnya pengajian Al Maun
selalu saja diulang, malah sudah ketiga kalinya, padahal kami sudah hafal dan
mengerti maksudnya?”. Lalu KH Ahmad Dahlan bertanya balik, “Apakah kalian sudah
mengamalkannya?” Syuja' menjawab, “sudah bahkan setiap kali salat
saya membaca Al-Maun.” Lalu KH Ahmad Dahlan menanggapi, “Bukan itu yang saya
maksudkan. Pengajian Jumat yang akan datang, masing-masing orang membawa
seorang miskin, anak yatim, makanan, beserta lauk pauknya, pakaian yang masih
baik serta sabun untuk mandi.”
Jumat
berikutnya, Kyai Dahlan tidak menyuruh para santrinya membaca Al Quran, tetapi
memandikan anak yatim yang dibawa oleh para santri, mempersilahkan mandi
orang-orang miskin yang sudah dewasa, sesudah mandi diberi pakaian yang bersih
dan baik. Kemudian mereka bersama-sama makan dengan para anak yatin dan orang
miskin itu. Sesudah itu sebelum pulang, para anak yatim dan orang miskin itu
diberi bungkusan. Setelah kegiatan itu
selesai seluruhnya, Kyai Dahlan berkata kepada para santrinya, “Sekarang mari
kita pindah kekajian berikutnya.”
Dampak dari pengajian surat Al Maun tersebut,
membuat Syuja' memikirkan cara-cara yang efektif untuk menolong anak yatim dan
orang miskin. Salah satu idenya, yaitu membangun rumah sakit di bawah naungan Muhammadiyah.
Ide ini tentu saja tidak dapat langsung diterima oleh kalangan internal. Banyak
orang yang merasa ide tersebut terlalu muluk untuk dilaksanakan.
Rencana pendirian Rumah Sakit tersebut
rupanya juga dipandang sebelah mata oleh pemerintah Belanda waktu itu. Ketika
Syuja' ditanya oleh pemerintah, “mau buat RS, dokternya dari mana?” Dijawab
Sujak, “dokternya Tuan yang menyediakan.” Belanda pun kaget mendengar
permintaan itu. Syuja' menguatkan permintaannya dengan sebuah argumen, “RS Onder de Bogen
(Sekarang bernama RS Panti Rapih), yang didirikan yayasan Katolik,
dibantu tenaga dokternya oleh pemerintah Belanda. Jadi apa salahnya jika
yayasan Islam mendirikan RS, tenaga dokternya pun dibantu oleh pemerintah
Belanda?”. Alhasil, pemerintah Belanda pun menyediakan beberapa dokter yang
diperbantukan di PKO Muhammadiyah. Pada tanggal 15 Februari 1923, Klinik PKO Muhammadiyah mulai
beroperasi. Itulah kisah pendirian Amal Usaha Kesehatan pertama milik
Muhammadiyah.
Ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik
dari kisah Syuja' tersebut. Pertama, pengajian adalah pondasi
gerakan Muhammadiyah. Betapapun kini Muhammadiyah telah menjadi organisasi
besar yang telah memiliki ribuan amal usaha, ruh gerakan ini adalah pengkajian
terhadap nilai-nilai Qur’an dan Sunnah Rasul. Kedua, gerakan
Muhammadiyah tidak boleh berhenti sebatas pengajian, tapi melakukan aksi nyata.
Aksi nyata yang berpihak terhadap kaum lemah dan terpinggirkan. Ketiga,
aksi nyata yang dilakukan pun tidak boleh bersifat sporadis, tidak
sistematis dan berpola. Aksi nyata membutuhkan sentuhan manajerial. Keempat,
kalau ada motivasi besar untuk bertindak, halangan apapun bisa
dilewati. Sujak mendirikan rumah sakit, ketika Muhammadiyah sama sekali belum
memiliki kader yang berlatarbelakang ilmu kesehatan. Kelima, sejak awal
berdirinya, Muhammadiyah selalu siap bekerjasama dengan siapapun untuk
kepentingan masyarakat banyak, baik dengan Pemerintah maupun dengan pihak yang
memeluk keyakinan agama yang berbeda. Semoga kita bisa mengambil ibrah dari
jejak Syuja'.
Tidak ada komentar: