Pendidikan Politik Yang Salah Tafsir


Oleh : Rizal Pauzi
(Sekretaris Redaksi Majalah Khittah)

Rizal Pauzi
Pendidikan adalah jantung dari sebuah generasi. Hal ini sejalan dengan subtansi pendidikan yaitu memanusiakan manusia. Jika orang memiliki pendidikan yang tinggi maka derajatnya ditengah masyarakat akan bertambah. Pendidikan mampu meningkatkan kesejahteraan, pendidikan mampu melahirkan keadilan dan takkalah pentinya pendidikan sangat di butuhkan dalam pesta demokrasi.
Secara umum,semua lini kehidupan membutuhkan pendidikan. Olehnya itu sangatlah tepat jika para founding fatherki meletakkan tujuan negara yaitu Mencerdaskan Kehidupan Berbangsa,……dst. Hal ini kemudian dipertegas dengan aturan yang baru yang menganggarkan biaya pendidikan 20% dari APBN negara kita.
Namun yang menjadi persolan hari ini, pendidikan cenderung disalah artikan sesuai dengan subtansinya. Pendidikan hari ini mengarah kepada kapitalisme. Dimana orientasi pendidikan formal sekarang ini adalah menjadi tenaga kerja terampil dan mampu diserap di perusahaan. Selain itu, orientasi kerja manusia terdidik hari ini tak lepas dari kepentingan uang.
Dalam perspektif ekonomi,hasil pendidikan formal kita bercinta – cita untuk menjadi robot – robot bagi para pengusaha kapitalisme untuk memperoleh keuntungan sebanyak – banyaknya.
Namun yang memprihatinakn adalah pendidikan formal yang mengarah kepada pendidikan politik sangatlah sedikit. maka tidak mengherankan jika pemuda hari ini tidak mengetahui 4 pilar bangsa,tugas dan fungsi pemerintah dan sejenisnya. Karena ketidak tahuan inilah yang kemudian membuat nasionalisme kaum muda sangatlah dangkal. Belum lagi, masalah undang – undang pemilihan umum yang telah mengarah ke hal teknis.
jika merujuk kepada undang – undang, maka yang bertanggung jawab penuh atas pendidikan politik adalah partai politik itu sendiri. Partai politik sebagai pilar demokrasi seharusnya bertanggung jawab atas pesta demokrasi yang berkwalitas bersama penyelenggara pemilu itu sendiri.
Namun realitas yang ada, partai politik justru keluar dari hakikat pendidikan politik itu sendiri.ada pun prilaku partai politik yang melenceng saat ini meliputi, pertama, partai politik hari ini bukan memberikan pendidikan politik tetapi berlomba – lomba mendulang suara untuk menjadi pemenang pemilu. Bahkan kaderisasi di partai politik tidak berjalan. Terbukti bakal calon anggota legislative yang diloloskan partai politik menjadi calon anggota legislative berdasarkan pertimbangan popularitas, kekayaan dan ketokohan. Hal inilah yang membuat caleg yang lolos kebanyakan tidak memiliki kwalifikasi sebagai wakil rakyat. Hal ini membuat masyarakat harus memilih calon wakil rakyat yang tidak memiliki kwalifikasi atau menggunakan politik transaksional karena caleg yang lahir secara instan juga akan menempuh jalan – jalan instan pula.
Kedua, partai politik kembali melakukan hal – hal yangh bertentangan dengan hakikat pendidikan politik. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan partai politik baik itu berupa dialog, bakti sosial dan kegiatan keagamaan yang ditonjolkan adalah kelebihan partai politik berupa janji – janji dan ajakan untuk memilih partai politik tersebut. Yang seharusnya dilakukan adalah subtansi kegiatan yang di tonjolkan, bukan hanya ajakan memilih partai tersebut alias kampanye.
Ketiga, partai politik melakukan pesangan umbul – umbul partai baik itu berupa bendera maupun baliho para caleg. Selain merusak keindahan kota, juga membuat pemborosan serta merusak lingkungan. Metode kampanye ini cocok untuk pemilih primitive, karena masih melakukan kampanye dengan menonjolkan symbol – symbol di tempat umum.
Jika meminjam definisi pendidikan menurut Paulo freire, pernah mengatakan “pendidikan adalah proses pembebasan dan pendidikan adalah proses membangkitkan kesadaran kritis”. Maka seharusnya pendidikan politik yang dilakukan oleh partai politik adalah member pemahaman tentang politik yang bersih serta membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya berpartisipasi aktif dalam pemilu. Jika ini berjalan dengan baik, masyarakat tidak lagi menerima money politik dan politik transaksional. Dengan demikian partai politik juga tinggal bersaing dalam menawarkan visi,misi dan programnya serta mendorong kader – kader terbaik partai politik tersebut.
Dalam pendekatan konstutisional, Berdasarkan pasal 1 ayat (4) undang-undang nomor 2 tahun 2011 tentang partai politik, pendidikan politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Selanjutnya dapat kita ketahui dari pasal 34 ayat (3a) UU No 12 Tahun 2011 yang mengatakan bahwa partai politik mendapatkan bantuan dana yang berasal dari uang negara untuk kegiatan partai yang harus diprioritaskan untuk pelaksanaan pendidikan politik. Kata ‘diprioritaskan’ mengandung makna bahwa pelaksanaan pendidikan politik dijamin oleh negara dan merupakan penegasan amanah partai politik untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Dari dua pendekatan ini, pendidikan politik yang dititik beratkan kepada partai poltik yang kemudian mendapatkan bantuan dana dari pemerintah perlu untuk di evaluasi. Hal ini di karenakan bahwa pendidikan politik sangatlah menentukan kwalitas demokrasi dan kepemimpinan sebuah bangsa. Olehnya itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap partai politik. Bila ada yang melanggar maka partai politik tersebut harus mendapatkan sangsi tegas berupa teguran dan dianulir dari peserta pemilu jika tidak melakukan pendidikan politik secara baik. Partai politik harus mampu membedakan antara pendidikan politik umum dan kampanye partai,sehingga nilai – nilai demokrasi  bisa tertanam di masyarakat.
Dengan perbaikan peran partai politik inilah yang kemudian akan melahirkan masyarakat yang cerdas akan demokrasi yang tak lain adalah menolak money politik, pembagian sembago, serta calon wakil rakyat yang disajikan partai politik adalah orang – orang yang berkwalitas dan layak menjadi wakil rakyat. Dengan demikian kedepan Indonesia akan memiliki pemimpin yang berkwalitas untuk mengantarkan kejayaan dengan nafas Indonesia berkemajuan.

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top