INFO PASANG IKLAN
Popular Posts
-
Hadisaputra, M.Si,dan Nurhikmawaty Hasbiah bersama Ketua PWM Sulsel, Dr Muh Alwi Uddin (foto:ist)
-
Opini Oleh : Nur Faizah Anshar Korupsi, sebuah kata yang tentu tak asing lagi bagi kita. Di semua pemberitaan baik media elektronik maup...
-
Aksi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Rabu, 20 Mei 2015(Foto:fb)
-
Syaharaddin Alrif, S. Sos (Foto : ist) Syaharuddin Alrif akhirnya ditetapkan sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjend) Pimpinan Pusat...
-
Logo Musykom IMM FKIP Unismuh Makassar, Khittah - Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Keguruan dan Ilm...
CB Magazine »
Fikrah
»
Mahasiswa Perlu Diupgrade
Mahasiswa Perlu Diupgrade
Posted by CB Magazine on Selasa, 19 Mei 2015 |
Fikrah
Miswadi Nirwan |
Oleh : Miswadi “Wadhy” Nirwan
(Presiden Mahasiswa STIMIK Handayani)
Berbicara soal mahasiswa. Selalu ada nilai heroisme, atas keberhasilan melawan penguasa dan menjadi patron sosial, serta benteng moral kalangannya. Sejak 1966, 1998, hingga saat ini, mahasiswa “terjebak” dalam euforia keberhasilan.
Bahkan, gerakan turun ke jalan dijadikan simbol perlawanan untuk meruntuhkan rezim. Tak heran, belakangan ini, jalanan disesaki mahasiswa yang berteriak menolak kebijakan pemerintah yang dianggapnya tak pro terhada rakyat. Memang, pemerintahan yang tak pro rakyat harus dilawan, tapi apakah metode turun ke jalan masih relevan untuk saat ini.
Mari berkaca sejenak dengan awal mulanya berdiri organisasi yang didirikan atas nama mahasiswa yang bersekolah di luar negeri, Boedi Oetomo pada tahun 1908, selanjutnya diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Bukankah gerakan tersebut tak diawali dengan gerakan turun ke jalan , melainkan dengan gerakan menulis dengan mendirikan majalah Oedyana, meskipun isi majalah tersebut berisi tentang pertanian masyarakat pribumi. Bukankah keberhasilan aktivis mahasiswa, Soe Hok Gie menentang kediktatoran presiden Sokarno dan Soeharto, tersebar melalui tulisan yang dikompilasikan dalam buku “catatan seorang demonstran”.
Dengan demikian, mahasiswa tak seharusnya larut dalam euforia keberhasilan dengan menekankan aspek turun ke jalan, melainkan saatnya gerakan mahasiswa diupgrade dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Bukan berarti, penulis tidak sepakat, jika mahasiswa turun ke jalan, bukankah membuka telinga tuli penguasa harus dengan teriakan. Tapi, untuk membuka hati nuraninya, ada baiknya melalui gagasan tertulis.
Zaman Teknologi
Tak dapat dipungkiri, zaman ini adalah zaman teknologi. Segala akses informasi dapat segera diketahui. Sekelompok mahasiswa yang menutup jalan di Jalan Alauddin, Pettarani, Urip Sumhardjo, hingga Perintis Kemerdekaan, dapat segera diketahui melalui media sosial yang dibawah oleh perkembangan teknologi. Tak hanya itu, segala pengumuman, baik kampus, pemerintah dan dunia pekerjaan, dapat diakses melalui internet. Ibarat kata Yasraf Amir Piliang, dunia ini telah dilipat-lipat. Kita semakin mudah untuk mengakses segala sesuatunya.
Di realitas, saat sekarang ini, golongan apa lagi yang tak memegang alat komunikasi berupa gadget yang bisa mengakses internet saat iitu, dari kalangan elit istana, hingga kalangan tukang becak pun telah kecanduan. Bahkan, teknologi seperti “sarapan” pagi mahasiswa saat ini. Bangun pagi, sambil mengusap rokok dan menyeruput segelas kopi, tak lengkap rasanya tanpa up date status.
Bisa saja, up date status tersebut dibaca oleh berbagai kalangan, bisa saja kalangan eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta kawan-kawan media. Up date status itu, bisa saja berisi curhatan hati hingga gagasan terhadap keprihatinan realitas.
Sayangnya, ketika mahasiswa terjebak atas euforia kemenangan dan menganggap gerakan mahasiswa hanya turun ke jalan untuk meruntuhkan kekuasaan tiran dan melupakan kemajuan teknologi dalam gerakan mahasiswa, saat itulah, penulis beranggapan bahwa gerakan mahasiswa harus disofware.
Tawaran saya adalah, memassifikasi gerakan menulis di kalangan mahasiswa sebagai bentuk gerakan alternatif, selain turun ke jalan. Penulis merasa lebih beretika, jika mahasiswa menggunakan almamaternya dengan gagasan tertulis, dibanding turun ke jalan berhadapan dengan massa bayaran aparat, yang juga sebenarnya masyarakat yang seharusnya dibela. Parahnya lagi, menggunakan almamater dengan “kedok” lebih terhormat, dengan tampil di acara talk show di TV swasta, dengan senyum nyegir dan gagasan terjual.
Tulisan tersebut bisa saja berbentuk up date-tan status, menulis agitasi di media sosial, menulis opini di koran, hingga membuat media sendiri. Pada dasarnya, mahasiswa saat ini, harus berani mempublikasikan gagasannya ke khalayak, membentuk koalisi gagasan, baik di dunia maya maupun dunia nyata. Zaman teknologi, alangkah eloknya jika status BBM, facebook, dan twitter berisi panggilan untuk berbuat merubah situasi yang kian miris.
Direktur Of Change
Dengan bermodalkan teknologi, mahasiswa dapat menuliskan gagasannya ke berbagai media sosial dan kemudian ditanggapi oleh kalangannya, lalu kemudian membentuk koalisi gagasan. Mahasiswa yang menulis dengan gagasan, menandakan tidak ada kekosongan ide dalam gagasannya.
Jika dibandingkan dengan gerakan massa yang besar-besaran, maka yang berpotensi menguasai isu dan isi gerakan adalah para jenderal lapangan, koorsdinator lapangan. Penulis tidak menganggap bahwa massa yang sekian banyak tak mempunyai gagasan, tapi sangat menyangsikan. Pasalnya, jika mereka mempunyai gagasan, maka dia berani ke depan dan berpuluh dengan panasnya matahari, bukan melongo dan merilik bawah pohon.
Jika gerakan tulisan yang diutamakan, maka bisa dipastikan, mahasiswa yang menulis tentu mempunyai gagasan. Selanjutnya, semakin banyak yang menulis, potensi yang terjadi adalah banyaknya ketakutan para penguasa. Karena tulisan tak dapat dilarang, bukankah membumi hanguskan tulisan merupakan kejahatan inteletual yang paling ganas.
Dengan melahirkan tulisan, mahasiswa mampu memimpin kalangannya dengan gagasan yang berseterima. Dengan melahirkan tulisan, mahasiswa dapat menjadi direktur of change. Bukan lagi menjadi agen atau penyalur gagasan, melainkan memimpin gagasannya. Gerakan mahasiswa perlu diupgrade.
Tidak ada komentar: