INFO PASANG IKLAN
Popular Posts
-
Hadisaputra, M.Si,dan Nurhikmawaty Hasbiah bersama Ketua PWM Sulsel, Dr Muh Alwi Uddin (foto:ist)
-
Opini Oleh : Nur Faizah Anshar Korupsi, sebuah kata yang tentu tak asing lagi bagi kita. Di semua pemberitaan baik media elektronik maup...
-
Aksi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Rabu, 20 Mei 2015(Foto:fb)
-
Syaharaddin Alrif, S. Sos (Foto : ist) Syaharuddin Alrif akhirnya ditetapkan sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjend) Pimpinan Pusat...
-
Logo Musykom IMM FKIP Unismuh Makassar, Khittah - Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Keguruan dan Ilm...
CB Magazine »
Tabligh
»
Secangkir Kopi Menuju Mimbar
Secangkir Kopi Menuju Mimbar
Posted by CB Magazine on Rabu, 03 Desember 2014 |
Tabligh
Awalnya hanya sekadar ngumpul, bersenda
gurau, nongkrong dan cerita lepas. Karena
menjadi sebuah rutinitas, ide pun lahir. Kebiasaaan menuai berkah, dengan modal
pertemuan rutin setiap malam jumat. Anak-anak muda pecinta kopi ini belakangan
terlihat bukan lagi hanya di Warung Kopi, tapi meraka sudah di atas mimbar, ya
sebagai Mubalig Muhammadiyah.
Kopi itu hitam, rasanya pahit. Mungkin bagi sebagian
orang hitam dan pahit ini identik dengan kekerasan. Tetapi hal tersebut tidak bagi
Majelis Tabligh Muhammadiyah Kabupaten Wajo.
Mereka berpandangan lain. Baginya kopi adalah spirit. Sekalipun
hitam dan pahit, katanya disadari atau tidak,
tak sedikit dari masalah-masalah besar bangsa ini terselesaikan dengan
secangkir kopi. Persoalan sosial, budaya, politik, hukum dan termasuk krisis
mubalig yang tengah melanda Muhammadiyah di Wajo adalah salah satunya.
Tradisi ngopi
ini memang sejak tahun 2012 lalu telah dibangun oleh Majelis Tabligh dan Dakwah
Khusus (MTDK) Muhammadiyah Wajo. Disebabkan oleh keresahan melihat semakin
kurangnya mubalig Muhammadiyah di Kota Sutera
ini. Masjid-masjid Muhammadiyah tidak
terisi secara rutin pada kegiatan khotbah jumat maupun bentuk tablig lain.
Intensif melakukan pertemuan, akhirnya dibentuk sebagai
sebuah komunitas. Komunitas ini diberikan nama Wajo Tabligh Club (WTC). Sekilas mirip Indonesia Lawyers Club (ILC). Tetapi secara orientasi berbeda, karena fokus WTC adalah tablig.
“Dengan model pengajian dialogis ala warkop dan atas
dasar semangat tajdid Muhammadiyah, kita tidak boleh selamanya hanya pengajian
di masjid. Coba keluar, membawa suasana masjid ke warkop misalnya. Itu tidak
salah, yang salah kalau sebaliknya,” urai Koordinator Komunitas Secangkir Kopi,
Sulaiman Nyampa.
Semenjak komunitas ini aktif berkelana tiap pekannya,
tercatat sudah ada sekitar dua puluh sampai tiga puluh orang tergabung dalam
komunitas tersebut. “Kami membangun kesepakatan dan keberanian untuk naik
mimbar. Awalnya memang hanyalah sebagai pengganti, tetapi seiring berjalan
waktu, selama dua tahun terakhir, akhirnya kami dapat diberikan jadwal sendiri,” tandas Sekretaris MTDK PDM Wajo
ini.
Landasan lain, mereka ingin memperlihatkan Sengkang sebagai
Kota Santri yang
sesungguhnya. “Barometer kota santri selama ini adalah ramainya masjid dengan
pengajian. Tapi kita melihat itu bukan barometer karena apa bedanya dengan
daerah lain kalau hanya itu barometernya. Kota santri bagi kami adalah ketika
tradisi di masjid tersebut juga terbudayakan keluar, di semua tempat. Misi
kita menjadikan Sengkang kota santri
secara berkesinambungan,” jelas Alumni UIN Alauddin Makassar ini
Selain pertemuan rutin internal, ada pengajian terbuka
di warkop. Menghadirkan tokoh dan mengundang semua kalangan termasuk ormas-ormas
di luar Muhammadiyah seperti As’saddiyah,
Hidayatullah, BKPRMI, KNPI, Karang Taruna, serta yang lain. Spiritnya adalah menjadi pemersatu di tengah perbedaan.
“Ramadhan lalu, kami intensif setiap malam mengadakan
malam dialogis ramadhan. Menjemput lailatul qadhar bukan menunggu seperti
kebanyakan yang lain,” kata Sulaiman.
Prinsip komunitas secangkir kopi adalah inisiatif,
selalu ada ide untuk mengahadirkan hal-hal baru. “Target ke depan adalah menghadirkan tokoh di Wajo, berbagi spirit bersama kami. Niat dan rencana
kami adalah menghadirkan Ketua PP
Muhammadiyah, Bapak Din Syamsuddin di Wajo,” tambahnya lagi dengan nada canda
penuh harap.
Tercatat Ketua Pimpinan
Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir pernah sekali
menyambangi kelompok anak muda ini. Dari Pimpinan
Wilayah Muhammadiyah, secara rutin aktif hadir Prof. Dr. Arifuddin
Ahmad, Prof. Dr. Ambo Asse, dan Prof. Dr. Ali
Parman, MA serta Dr. Mustari Bosra memberikan pengajian. (Kasri).
Tidak ada komentar: